Derita Klub Sepakbola Profesional di Indonesia
https://kombecks.blogspot.com/2011/10/derita-klub-profesional-di-indonesia.html
Berharap sesuatu yang lebih baik malah yang terjadi sebaliknya. Impian menjadi klub-klub profesional sepertinya hanya akan menjadi angan-angan. Beruntung bagi klub yang sudah mendapatkan sponsor tetap seperti Semen Padang FC yang dimiliki dan di sponsori oleh PT Semen Padang sebagai sponsor utama dan sponsor lainnya. Bagaimana dengan yang lain? Konon klub profesional ini hanya ada 4 saja di Indonesia.
Perubahan besar yang terjadi pada PSSI sebagai organisasi sepakbola tertinggi di Indonesia telah mendorong terjadinya berbagai macam perubahan. Salah satunya perombakan total format kompetisi.
Tidak hanya itu banyak perubahan-perubahan yang lain yang setiap muncul ke publik selalu mengundang kontroversi, karena keputusan diambil bukan dari aturan yang jelas dan tidak disetujui pihak yang terkait.
Apa saja keputusan-keputusan PSSI yang justru semakin menyulitkan klub yang baru saja berusaha menjadi "full" profesional itu? Ini dia :
Sebelum Nurdin Halid ( Mantan Ketua Umum PSSI) diturunkan paksa, konsep LPI seolah olah adalah konsep sepakbola paling sempurna dan profesional. Sayang konsep yang digadang-gadang bakal menjadi tonggak sepakbola profesional itu sekarang hancur berantakan.
Sampai-sampai penyusunan jadwalpun tidak selesai dan merugikan banyak klub. Inikah konsep sepakbola profesional yang dimaksud?
Perubahan besar yang terjadi pada PSSI sebagai organisasi sepakbola tertinggi di Indonesia telah mendorong terjadinya berbagai macam perubahan. Salah satunya perombakan total format kompetisi.
Tidak hanya itu banyak perubahan-perubahan yang lain yang setiap muncul ke publik selalu mengundang kontroversi, karena keputusan diambil bukan dari aturan yang jelas dan tidak disetujui pihak yang terkait.
Apa saja keputusan-keputusan PSSI yang justru semakin menyulitkan klub yang baru saja berusaha menjadi "full" profesional itu? Ini dia :
- Pembagian saham di PT Liga Prima Indonesia Sportindo dengan komposisi saham 70% untuk PSSI dan 30% untuk klub (sumber ) . Ini tentu saja sangat merugikan bagi klub karena suntikan APBD sudah tidak diizinkan lagi. Apalagi ini juga bertentangan denga hasil kongres PSSI di Bali yang menyatakan pembagian saham perusahaan pengelola liga tertinggi itu 99% milik klub dan 1% milik PSSI.
- Regulasi yang baru mengharuskan klub untuk menyetorkan 10% dari laba penjualan tiket ke PT Liga Prima Indonesia Sportindo. (sumber). Anda tentu sudah tahu bahwa selain dari APBD dan sponsor tetap , pendapatan terbesar klub adalah dari hasil pejualan tiket. Jika APBD distop dan hasil penjualan tiket di mintai komisi bagaimana klub bisa profesional jika di cekik dan di "palak" seperti itu?
- Klub-klub profesional "dipaksa" menjalani liga pada saat jadwal dan regulasi belum jelas. Jika klub yang benar-benar sudah profesional maka wajar mereka menolak ikut kompetisi yang serba tidak jelas.
- Penolakkan klub yang tidak mau mengikuti kompetisi ini malah di ancam dengan tenggat waktu 26 November 2011 untuk mendaftar ulang. Namun belakangan ultimatum ini dibatah oleh PSSI (sumber)
- Banyak keganjilan pada penujukan PT Liga Prima Indonesia Sportindo. Untuk lengkapnya silahkan baca disini
- Penambahan anggota kompetisi juga turut menguras pundi-pundi keuangan klub, karena harus ada penambahan pemain dan akomodasi klub. Sementara sumber pemasukan klub dari tiket juga sudah di ancang-ancang mau di potong komisi.
- Lolosnya klub yang tidak seharusnya sedikit banyak tentu akan "menyakiti" 14 klub ISL musim lalu yang tidak terdegradasi dan 4 klub promosi lainnya. Ini juga sangat menciderai semangat fairplay sepakbola.
Sebelum Nurdin Halid ( Mantan Ketua Umum PSSI) diturunkan paksa, konsep LPI seolah olah adalah konsep sepakbola paling sempurna dan profesional. Sayang konsep yang digadang-gadang bakal menjadi tonggak sepakbola profesional itu sekarang hancur berantakan.
Sampai-sampai penyusunan jadwalpun tidak selesai dan merugikan banyak klub. Inikah konsep sepakbola profesional yang dimaksud?