blog-kombecks
Sedang memuat...

Kabau Sirah Sedang Patah Tanduk

Liga Super Indonesia 2014 seakan menjadi antiklimaks bagi Semen Padang FC. Terseok-seok pada putaran pertama, pada putaran kedua Semen Padang FC bangkit dan lolos ke 8 besar. Penampilan Kabau Sirah saat itu sangat menjanjikan.
Semen Padang Latihan

Namun ada kuasa lain yang menghentikan langkah mereka. Di babak 8 besar Kabau Sirah harus menelan pil pahit dari keputusan wasit yang berat sebelah. Wasit terlalu mendukung tim lawan yang kental aroma dilindungi "lingkaran kekuasaan". Kabau Sirah tersingkir dengan cara yang jauh dari kata fairplay.

Mengawali ISL 2015 dengan sejumlah laga pra-musim, Semen Padang bermain seakan tanpa arah. Kehilangan sosok striker Edward Wilson kembali terasa pasca didepaknya Osas Saha. Lini depan sering membuang-buang peluang dan jika tidak keberatan bisa disebut TUMPUL.

Di Piala Wali Kota Padang dari tiga laga, Semen Padang hanya mencetak 4 gol dan kebobolan 3 gol. Padahal lawan yang dihadapi secara kualitas masih dibawah Semen Padang, sebut saja Persiba Balikpapan dan Selangor FA. Namun justru Persiba menang 1-0 dan Selangor berhasil menahan imbang 2-2. Semen Padang baru menang atas tim baru promosi Pusamania Borneo dengan skor 2-0. Ini jelas dibawah form, karena turnamen di gelar di Stadion H. Agus Salim, tempat yang dulu diagung-agungkan angker bagi tim lawan.

Tanda-tanda patahnya tanduk Kabau Sirah semakin jelas ketika pra-musim berlanjut ke SCM Cup. Disinilah Semen Padang akan berhadapan dengan tim-tim tangguh ISL. Tim-tim yang dipastikan akan menjadi pesaing diperebutan 4 besar ISL seperti yang diimpikan sebagian besar fans. Jangan heran fans hanya berharap SP finish di 4 besar, karena target ini dianggap paling realistis dan tidak ambisius.

Apa yang terjadi di SCM? sebelas-duabelas dengan turnamen sebelumnya. Semen Padang tumbang 0-1 di laga pertama menghadapi Persebaya. Hal ini tentu tak lebih menyakitkan ketika sempat unggul 1-0 atas SFC pada laga kedua, namun akhirnya kebobolan 2 gol dalam 5 menit terakhir pertandingan.

Pertanyaan apa penyebab kekalahan SPFC untuk ketiga kalinya selama pramusim di kandang sendiri? jika melihat jauh kebelakang masalah pertama Kabau Sirah adalah pada sosok striker asing. Semen Padang masih sangat bergantung pada striker asing. Tahun 2008, sudah menemukan striker ideal Edward Wilson yang begitu ganas didepan gawang lawan. Selama lima musim pemain ini tak tergantikan, bahkan hingga saat kepergianya hingga kini.

Baik diduetkan atau dipasang jadi striker tunggal, Edward menjalankan tugasnya dengan baik. Bahkan ia menjadi top skor Divisi Utama 2009-10 sekaligus mengantarkan SPFC promosi. Selanjutnya Edu selalu cocok diduetkan dengan beberapa pemain seperti Ferdinan Sinaga atau Titus Bonai.

Semen Padang juga tampil sebagai kampiun Liga Prima Indonesia 2011-2012 yang mengantarkan Semen Padang mengulang sejarah mereka di kancah Asia. Semen Padang secara mengejutkan lolos hingga babak perempat-final AFC Cup. Saat itu perempat final AFC Cup baru bisa dicapai 3 klub Indonesia, sebelum Semen Padang ada Persipura dan Arema. Persipura akhirnya berhasil memperbaiki rekor ini di 2014 dengan lolos hingga semifinal.

Sepanjang 2013, Semen Padang masih begitu ditakuti dengan terus kokoh dipuncak klasemen LPI hingga liga akhirnya dihentikan ditengah jalan. Hengkangnya Titus Bonai disusul Edward Wilson menjelang musim 2014 akhirnya menjadi awal mula retaknya tanduk kabau sirah.

Semen Padang hingga kini belum menemukan sosok tepat pengganti Edward Wilson sang target man dan teman duet yang sangat berbahaya. Edu punya fisik, keseimbangan, akurasi, penguasaan bola, dan kecepatan yang bagus. Tidak sungkan untuk menyebutnya masuk jajaran top striker asing tanah air.

Ezzequiel Gonzales -sang target man Persiba Bantul- didatangkan untuk menggantikan posisi Edward Wilson. Hasilnya gagal total karena pemain ini akhirnya didera badai cedera dan menurun penampilannya. Terpaksa mengandalkan striker lokal membuat lini depan Semen Padang sangat mengkhawatirkan di ISL 2014. Jumlah mencetak gol hanya 12 dari 10 laga dan sudah kebobolan 10 gol.

Pada putaran kedua, Osas Saha didatangkan. Harapan itu muncul ketika Osas tampil luar biasa. Semen Padang akhirnya bisa meraih banyak kemenangan pada laga tandang, paling krusial adalah menang 2-1 di kandang Persib dan Arema. Hingga babak 8 besar sebenarnya penampilan Osas Saha tidak terlalu buruk. Semen Padang seharusnya bisa lolos hingga ke semifinal kalau saja faktor non-teknis tidak menggagalkan langkah tersebut.

Namun manajemen menyalahkan Osas Saha seorang diri atas kegagalan ini. Osas dianggap banyak membuang peluang. Osas yang memang minim gol sepanjang 8 besar, sebenarnya masih punya peran besar bagi lini depan SPFC. Osas Saha yang sebelumnya tampil mengesankan kini mulai dikunci lawan. Hal ini sebenarnya menguntungkan, disaat bek lawan fokus mengawasi Osas, saat itulah ada M. Nur, Bayauw, dan Vizcarra bisa lebih leluasa menciptakan gol.

Osas Saha dinilai gagal, terutama selama babak 8 besar dan akhirnya dilepas. Semen Padang akhirnya memilih Djibril Coulibaly mengisi pos striker walau sebenarnya pemain ini punya cedera bawaan yang cukup parah. Apa yang terjadi? pemain ini akhirnya mundur dengan alasan tidak sanggup bermain karena cederanya kambuh.

Perburuan striker asing kembali berlanjut. Herman Dzumafo Epandi terpilih diantara dua striker asing lainnya. Striker gaek berbadan besar ini dinilai masih memiliki ketajaman dan layak mengisi lini depan Kabau Sirah. Hasilnya? sementara masih mengecewakan, mungkin sangat mengecewakan.

Sejauh ini Herman Dzumafo masih "mandul" baik itu di Piala Wako Padang dan SCM Cup. Dzumafo punya pergerakan yang sangat lambat, sering kalah duel udara walau postur tinggi besar, dan memiliki akurasi tembakan yang buruk. Visi bermain legenda PSPS ini pun masih dipertanyakan.

Bahkan pemain muda Irsyad Maulana sudah mencetak gol untuk Semen Padang. Padahal sama-sama baru bergabung. Padahal Irsyad bukan striker murni, sebelumnya ia adalah pemain sayap dan gelandang serang. Memang semua turnamen pra-musim adalah ajang uji coba dan menentukan susunan pemain musim depan. Tapi setidaknya Dzumafo harus memberikan bukti bahwa ia bisa diandalkan.

Apa harus menunggu Esteban Vizcarra mati-matian berjuang sejak sisi sayap hingga ke kotak penalti untuk mencetak gol? atau menunggu Bayauw berlari kencang sendirian dari lini tengah untuk cetak gol? Manusia selalu dibatasi stamina, dua pemain ini tidak bisa dipaksa terus sepanjang laga untuk menutupi kekurangan lini depan.

Apa harus menungggu Nur Iskandar masuk pada babak kedua agar bisa mencetak gol? Apa gunanya Dzumafo? tanpa striker asing ini SP tidak akan lebih buruk dari saat ini. Lebih tegasnya, duet Airlangga Sucipto dan Nur Iskandar dilini depan lebih berbahaya ketimbang salah satunya diganti dengan Dzumafo.

Tak heran melihat penampilan Dzumafo sejauh ini, banyak fans dan suporter geram. Hal ini sangat wajar karena permainan Dzumafo sangat jauh dibawah standar.

Selain masalah pemain terutama striker asing, ternyata ada masalah lain yang baru-baru ini diungkap akun fanbase Semen Padang di sosial media. Ada riak-riak tak sedap di manajemen yang membuat aroma kurang serius ditubuh SPFC saat ini. Terlebih ditambah dengan mundurnya jajaran manajemen yang dianggap tulus membangun SPFC.

Keputusan manajemen mendukung salah satu kandidat ketua umum PSSI diduga juga berkaitan dengan pergantian manajemen SPFC. Selain itu keputusan mendukung salah satu calon Ketum yang kini dianggap musuh sepakbola Indonesia oleh kalangan suporter termasuk suporter Semen Padang sendiri, telah menimbulkan konflik suporter dan manajemen.

Tanda-tanda degradasi sudah didepan mata. Doa para suporter tidak lagi 4 besar atau juara, tapi semoga Semen Padang tidak degradasi musim depan. #Save Kabau Sirah yang sedang patah tanduk!
Dari Redaksi 3716180434878979266

Beranda item