Tiga Kemungkinan Penyebab Wasit Novari Ikhsan Sangat Buruk
https://kombecks.blogspot.com/2014/10/tiga-kemungkinan-penyabab-wasit-novari.html
Kepemimpinan wasit kembali mendapat sorotan usai laga Semen Padang menghadapi Arema yang berakhir dengan skor imbang 2-2 di Stadion H. Agus Salim, Padang, Rabu (29/10).
Adalah wasit Novari Ikhsan yang kali ini dikecam banyak pihak menyusul keputusan kontroversialnya pada laga tersebut. Saat laga baru berjalan beberapa menit wasit langsung mengambil keputusan aneh.
Osas Saha terkapar dihadang Kurnia Meiga yang menjadi orang terakhir saat itu. Kaki Kurnia Meiga jelas nakal mengentikan pergerakan Osas Saha, sementara bola sendiri tidak kena, malah boca lob terus bergerak kearah gawang hingga akhirnya dibuang bek. Hanya menghasil tendangan sudut. Tekel kotor Meiga dianggap play-on.
Pada hal Laws of The Game FIFA jelas menyatakan tekel yang berbahaya adalah pelanggaran yang serius. Tidak hanya itu, kaki Meiga mengarah ke kaki lawan bukan pada bola. Diperparah dengan Meiga adalah orang terakhir. Dikompetisi mana saja ini sudah berbuah kartu merah.
Pelanggaran Victor Igbonefo kepada Esteban Viscarra di dalam kotak penalti pada masa injury-time juga dibiarkan wasit. Padalah tekel dilakukan dari belakang dan menggunakan dua kaki.
Sebenarnya ada beberapa kemungkinan yang membuat wasit terlihat menghidarkan Arema dari kekalahan. Pertama bisa jadi wasit ini murni blunder. Keputusannya yang salah menyebabkan persepsi berbeda bagi orang lain.
Kemungkinan kedua adalah ada tekanan dari pihak tertentu yang berada dalam lingkaran kekuasaan yang menginginkan Arema yang lolos ke semifinal. Pihak ini mungkin saja punya kuasa memecat atau memperkerjakannya.
Yang ketiga adalah ada pihak-pihak tertentu yang tidak ingin Semen Padang yang notabene dicap alumni IPL - apa lagi pernah juara- untuk melangkah lebih jauh. Pihak-pihak ini mulai menekan wasit Novari Ikhsan.
Biar bagaimanapun, walau hanya 1 musim bermain penuh di IPL dan tampil sebagai juara ditambah lolos ke perempat final AFC Cup menjadikan Semen Padang dianggap maskot kesuksesan Liga Prima Indonesia. Inilah yang tidak mereka inginkan.
Mau ditaruh dimana muka mareka jika SP menang, lolos ke semifinal dan ketemu runner-up yang kemungkinan juga akan bisa diatasi SP. Apa jadinya tim eks liga tarkam IPL mengalahkan tim papan atas ISL.
Adalah wasit Novari Ikhsan yang kali ini dikecam banyak pihak menyusul keputusan kontroversialnya pada laga tersebut. Saat laga baru berjalan beberapa menit wasit langsung mengambil keputusan aneh.
Osas Saha terkapar dihadang Kurnia Meiga yang menjadi orang terakhir saat itu. Kaki Kurnia Meiga jelas nakal mengentikan pergerakan Osas Saha, sementara bola sendiri tidak kena, malah boca lob terus bergerak kearah gawang hingga akhirnya dibuang bek. Hanya menghasil tendangan sudut. Tekel kotor Meiga dianggap play-on.
Pada hal Laws of The Game FIFA jelas menyatakan tekel yang berbahaya adalah pelanggaran yang serius. Tidak hanya itu, kaki Meiga mengarah ke kaki lawan bukan pada bola. Diperparah dengan Meiga adalah orang terakhir. Dikompetisi mana saja ini sudah berbuah kartu merah.
Pelanggaran Victor Igbonefo kepada Esteban Viscarra di dalam kotak penalti pada masa injury-time juga dibiarkan wasit. Padalah tekel dilakukan dari belakang dan menggunakan dua kaki.
Sebenarnya ada beberapa kemungkinan yang membuat wasit terlihat menghidarkan Arema dari kekalahan. Pertama bisa jadi wasit ini murni blunder. Keputusannya yang salah menyebabkan persepsi berbeda bagi orang lain.
Kemungkinan kedua adalah ada tekanan dari pihak tertentu yang berada dalam lingkaran kekuasaan yang menginginkan Arema yang lolos ke semifinal. Pihak ini mungkin saja punya kuasa memecat atau memperkerjakannya.
Yang ketiga adalah ada pihak-pihak tertentu yang tidak ingin Semen Padang yang notabene dicap alumni IPL - apa lagi pernah juara- untuk melangkah lebih jauh. Pihak-pihak ini mulai menekan wasit Novari Ikhsan.
Biar bagaimanapun, walau hanya 1 musim bermain penuh di IPL dan tampil sebagai juara ditambah lolos ke perempat final AFC Cup menjadikan Semen Padang dianggap maskot kesuksesan Liga Prima Indonesia. Inilah yang tidak mereka inginkan.
Mau ditaruh dimana muka mareka jika SP menang, lolos ke semifinal dan ketemu runner-up yang kemungkinan juga akan bisa diatasi SP. Apa jadinya tim eks liga tarkam IPL mengalahkan tim papan atas ISL.