Teknologi Garis Gawang (Goal-line Technology)
https://kombecks.blogspot.com/2014/06/teknologi-garis-gawang-goal-line.html
KOMBECKS. Teknologi Garis Gawang atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan Goal-line Technology (GLT) adalah perangkat elektronik yang berfungsi untuk menetukan apakah bola sudah sepenuhnya melewati garis gawang atau belum.
Penggunaan teknologi ini tidak terlepas dari beberapa kontroversi apakah telah terjadi gol atau belum yang pernah terjadi diajang sepakbola bergengsi. Untuk kelas Piala Dunia, tentu kita masih ingat tendangan jarak jauh Frank Lampard saat Inggris menghadapi Jerman di Piala Dunia 2010 yang mengenai mistar gawang dan memantul kebawah melewati garis gawang. Namun wasit tidak melihat telah terjadi gol saat itu karena bola kembali memantul keluar.
Setelah melihat tayangan ulang gol tersebut sangat jelas bola telah melewati garis gawang beberapa puluh sentimeter. Pertandingan ini berakhir dengan skor 4-1 untuk kemenangan Jerman, Inggris harus menangis karena tersingkir dibabak 16 besar.
Dua tahun kemudian kejadian serupa kembali terjadi. Kali ini di Euro 2012 saat pertadingan Inggris menghadapi Ukraina. Pada babak grup D ini giliran Inggris yang diuntungkan. Bola sepakan Marko Devic yang tampak jelas sudah melewati garis gawang berhasil disapu kembali oleh John Terry dalam waktu yang sangat cepat, dan wasit tidak melihat telah terjadi gol.
Maka dicarilah solusi agar kejadian ini tidak terulang lagi. Gol adalah inti dari sepakbola, sementara manusia (wasit) memiliki keterbatasan.
Beberapa solusi dengan Goal-line Technology mulai bermunculan secara garis besar ada dua, menggunakan sensor kamera dan sensor magnetik. Teknologi yang menggunakan sensor kamera adalah Hawk-Eye (Inggris) dan GoalControl 4D (Jerman). Sedangkan sensor magnetik adalah Cairo System (Jerman) dan GoalRef (Jerman dan Denmark).
* Hawk-Eye dan GoalControl 4D (Sensor Kamera)
Hawk-Eye adalah sebuah sistem komputer sangat rumit yang digunakan untuk melacak lintasan bola secara visual dan menampilkan catatan jalurnya berupa gambar bergerak yang secara statistik paling mendekati kenyataannya.
Seperti dikutip dari World Intellectual property Organization (WIPO) di sini, Hawk-eye dikembangkan pertama kali oleh Dr, Paul Wawkins. Sistem didasarkan pada prinsip triangulasi menggunakan citra visual dan data waktu yang disediakan oleh kamera video berkecepatan tinggi yang ditempatkan pada 6 titik di seputar lapangan.
Teknologi ini menggunakan kamera yang terpasang diberbagai sudut yang sudah diperhitungkan secara matematis untuk dapat melihat dari berbagai posisi. Hasil kamera ini kemudian kirim ke bagian proses dan dikirim ke jam tangan yang digunakan wasit. Selain itu hasil animasi posisi bola juga dapat dikirim ke bagian broadcasting untuk keperluan tayangan ulang.
Perusahaan yang mengembangkan teknologi ini adalah Hawk-Eye anak perusahan Sony yang berbasis di Inggris dan dan GoalControl yang berbasis di Jerman.
Kelebihan :
Biaya Sangat Mahal, klub inggris yang menggunakan teknologi ini harus merogoh kocek 1,78 miliar rupiah pertahun. Belum lagi biaya peralatan dan instalasi untuk pertama kali.
* Cairo System dan Goalref (Sensor Magnetik)
Cairo System adalah teknologi garis gawang buatan perusahaan Jerman Cairos Technologies AG yang bekerja sama dengan Adidas. Sistem Cairos melibatkan kabel tipis yang tertanam di rumput di wilayah penalti dan di belakang garis gawang.
Arus listrik yang mengalir melalui kabel menghasilkan medan magnet. Sebuah sensor di dalam bola mengukur medan magnet begitu bola datang memasuki area gawang dan mengirimkan data tentang lokasi bola ke penerima yang terletak di belakang gawang untuk direlay ke pusat komputer.
Komputer kemudian menentukan apakah bola telah melewati garis gawang. Jika terjadi gol, sinyal radio ditransmisikan ke jam tangan wasit dalam sepersekian detik.
Sistem ini sama hampir sama dengan Cairo System adalah Goalref. Goalref yang juga dikembangkan oleh Jerman dan bekerja sama dengan Denmark. Dalam GoalRef, bola dilengkapi teknologi khusus. Bola berteknologi nantinya akan terdeteksi oleh alat elektronik yang terpasang tepat di garis dalam gawang. Prinsip kerja alat ini mengunakan teori fisika, efek Doppler.
Keunggulan:
Setelah melakukan pengkajian cermat dengan mendengar masukkan dari berbagai pihak akhirnya pada 5 Juli 2012 International Football Association Board (IFAB) yang terdiri dari federasi sepakbola Inggris, Skotlandia, Wales, serta Irlandia Utara setuju untuk menggunakan teknologi garis gawang. GLT yang dimaksud adalah yang menggunakan sensor kamera. Teknologi ini pertama kali diperkenalkan pada Piala Dunia Antarklub yang dilangsungkan di Jepang pada tahun 2012 lalu dengan Hawk-Eye milik Sony.
Namun untuk Piala Dunia 2014, FIFA memilih GoalControl yang mengusung teknologi serupa dengan nama GoalControl-4D. GoalControl telah diuji coba pada ajang Piala Konfederasi 2013 di Brasil.
Sistem GoalControl-4D menggunakan kecepatan 14 sorot kamera yang ditempatkan di sekitar lapangan dan mengarah kepada 2 gawang. GoalControl menghabiskan biaya sebesar 170 ribu Pound per pemasangan di stadion, ditambah 2.800 Pound per pengoperasian.
Teknologi ini dipilih karena lebih simpel dan tidak rentan akan kerusahan. Selain itu, hasil dari teknologi ini dapat dengan cepat kurang dari 3 detik langsung terkirim ke jam tangan yang digunakan wasit. Wasit bisa segera memberikan keputusan akhirnya.
Secara resmi FIFA menggunakan teknologi ini pada Piala Dunia 2014. Teknologi ini digunakan pada semua pertandingan, dibuka dengan pertandingan tuan rumah Brasil menghadapi Kroasia. Namun pada pertandingan itu belum terjadi gol yang kontroversial.
Walau pada akhir pertandingan sempat terjadi protes dari kubu Honduras yang menganggap keputusan wasit dan teknologi garis gawang tidak konsisten dan membingungkan, sebenarnya rekaman dan jam tangan wasit telah memberi keputusan yang tepat.
Ada dua momen disini yang terlacak oleh GoalControl 4D. Pertama adalah tendangan Benzema ketiang jauh dan memantul kearah kiper. Dalam hal ini jam tangan wasit menunjukkan tidak gol. Setelah diliat dari tayangan ulang memang belum terjadi gol kala itu.
Momen kedua adalah ketika bola mengendai kiper dan melewati garis gawang. Nah, sekarang GoalControl 4D menyatakan itu adalah gol. Setelah dilihat tayangan ulang memang bole berbelok melewati garis gawang setelah mengenai kiper.
Jadi teknologi ini sangat konsisten dan jelas menentukan gol karena selain menyatakan gol atau tidak, Goal-line Technology GoalControl-4D besutan GoalControl ini juga bisa menayangkan detik demi detik setiap peristiwa dalam bentuk animasi. Gol ini akhir dinyatakan sah oleh wasit dan dianggap sebagai gol bunuh diri kiper Honduras.
Brasil 0-0 Meksiko
Grup B, 18 Juni 2014
Teknologi garis gawang menyatakan bola yang ditepis kiper Meksiko Guillermo Ochoa terhadap sundulan kepala Neymar tepat berada di garis gawang dan belum terjadi gol.
Pada awal pengenalan, penggunaan teknologi dalam sepakbola memang dikecam beberapa pihak dengan alasan akan menghilangkan sisi humanis dalam sepakbola. Namun menurut KOMBECKS penggunaan teknologi garis gawang ini tidak akan mengganggu sisi humanis itu, karena teknologi ini hanya memutuskan gol atau tidak, selebihnya keputusan lain masih ada ditangan wasit.
Latar Belakang Penggunaan Teknologi Garis Gawang
Penggunaan teknologi ini tidak terlepas dari beberapa kontroversi apakah telah terjadi gol atau belum yang pernah terjadi diajang sepakbola bergengsi. Untuk kelas Piala Dunia, tentu kita masih ingat tendangan jarak jauh Frank Lampard saat Inggris menghadapi Jerman di Piala Dunia 2010 yang mengenai mistar gawang dan memantul kebawah melewati garis gawang. Namun wasit tidak melihat telah terjadi gol saat itu karena bola kembali memantul keluar.
Setelah melihat tayangan ulang gol tersebut sangat jelas bola telah melewati garis gawang beberapa puluh sentimeter. Pertandingan ini berakhir dengan skor 4-1 untuk kemenangan Jerman, Inggris harus menangis karena tersingkir dibabak 16 besar.
Dua tahun kemudian kejadian serupa kembali terjadi. Kali ini di Euro 2012 saat pertadingan Inggris menghadapi Ukraina. Pada babak grup D ini giliran Inggris yang diuntungkan. Bola sepakan Marko Devic yang tampak jelas sudah melewati garis gawang berhasil disapu kembali oleh John Terry dalam waktu yang sangat cepat, dan wasit tidak melihat telah terjadi gol.
Maka dicarilah solusi agar kejadian ini tidak terulang lagi. Gol adalah inti dari sepakbola, sementara manusia (wasit) memiliki keterbatasan.
Solusi Teknologi yang Tersedia
Beberapa solusi dengan Goal-line Technology mulai bermunculan secara garis besar ada dua, menggunakan sensor kamera dan sensor magnetik. Teknologi yang menggunakan sensor kamera adalah Hawk-Eye (Inggris) dan GoalControl 4D (Jerman). Sedangkan sensor magnetik adalah Cairo System (Jerman) dan GoalRef (Jerman dan Denmark).
* Hawk-Eye dan GoalControl 4D (Sensor Kamera)
Hawk-Eye adalah sebuah sistem komputer sangat rumit yang digunakan untuk melacak lintasan bola secara visual dan menampilkan catatan jalurnya berupa gambar bergerak yang secara statistik paling mendekati kenyataannya.
Seperti dikutip dari World Intellectual property Organization (WIPO) di sini, Hawk-eye dikembangkan pertama kali oleh Dr, Paul Wawkins. Sistem didasarkan pada prinsip triangulasi menggunakan citra visual dan data waktu yang disediakan oleh kamera video berkecepatan tinggi yang ditempatkan pada 6 titik di seputar lapangan.
Teknologi ini menggunakan kamera yang terpasang diberbagai sudut yang sudah diperhitungkan secara matematis untuk dapat melihat dari berbagai posisi. Hasil kamera ini kemudian kirim ke bagian proses dan dikirim ke jam tangan yang digunakan wasit. Selain itu hasil animasi posisi bola juga dapat dikirim ke bagian broadcasting untuk keperluan tayangan ulang.
Perusahaan yang mengembangkan teknologi ini adalah Hawk-Eye anak perusahan Sony yang berbasis di Inggris dan dan GoalControl yang berbasis di Jerman.
Kelebihan :
- Akurasi Sistem dapat mendeteksi lokasi bola secara akurat lebih baik dari standar yang diinginkan FIFA yaitu 3cm.
- Kecepatan Kecepatan dalam mendapatkan hasil, keputusan akan sampai ke wasit dalam waktu kurang dari tiga detik. Wasit dapat melihat indikator gol langsung dari jam tangannya. Selain itu tayangan ulang dari penglihatan teknologi ini dapat proses dengan cepat.
- Praktis Praktis, tidak perlu banyak campur tangan orang, tidak memerlukan bola yang khusus, tidak perlu instalasi peralatan di sekitar area gawang. Peralatan berupa kamera dari berbagai sudut akan dipasang di tribun.
- Realiabel (Terpercaya) Walau bola terlihat kecil namun alat ini sangat reliabel untuk mengukur posisi bola secara akurat.
Biaya Sangat Mahal, klub inggris yang menggunakan teknologi ini harus merogoh kocek 1,78 miliar rupiah pertahun. Belum lagi biaya peralatan dan instalasi untuk pertama kali.
* Cairo System dan Goalref (Sensor Magnetik)
Cairo System adalah teknologi garis gawang buatan perusahaan Jerman Cairos Technologies AG yang bekerja sama dengan Adidas. Sistem Cairos melibatkan kabel tipis yang tertanam di rumput di wilayah penalti dan di belakang garis gawang.
Arus listrik yang mengalir melalui kabel menghasilkan medan magnet. Sebuah sensor di dalam bola mengukur medan magnet begitu bola datang memasuki area gawang dan mengirimkan data tentang lokasi bola ke penerima yang terletak di belakang gawang untuk direlay ke pusat komputer.
Komputer kemudian menentukan apakah bola telah melewati garis gawang. Jika terjadi gol, sinyal radio ditransmisikan ke jam tangan wasit dalam sepersekian detik.
Sistem ini sama hampir sama dengan Cairo System adalah Goalref. Goalref yang juga dikembangkan oleh Jerman dan bekerja sama dengan Denmark. Dalam GoalRef, bola dilengkapi teknologi khusus. Bola berteknologi nantinya akan terdeteksi oleh alat elektronik yang terpasang tepat di garis dalam gawang. Prinsip kerja alat ini mengunakan teori fisika, efek Doppler.
Keunggulan:
- Akurasi Untuk akurasi, tentu teknologi ini unggul dibanding Hawk-Eye karena teknologi langsung tertanam pada bola dan sensor magnetik yang langsung terpasang disekitar area penalti.
- Cepat Untuk kecepatan teknologi ini juga tidak kalah cepat dibanding Hawk Eyes
- Bola Ketika pertama kali diperkenalkan banyak pihak meragukan tekonologi ini. Meski mengklaim cocok untuk segala jenis bola, teknologi yang yang tertanam dalam bola rentan akan kerusakan
- Kemungkinan salah Kemungkinan salah pada teknologi ini menjadi besar ketika antara sensor dengan bola terhalang oleh badan pemain.
Sistem dan pengembang yang dipilih FIFA
Setelah melakukan pengkajian cermat dengan mendengar masukkan dari berbagai pihak akhirnya pada 5 Juli 2012 International Football Association Board (IFAB) yang terdiri dari federasi sepakbola Inggris, Skotlandia, Wales, serta Irlandia Utara setuju untuk menggunakan teknologi garis gawang. GLT yang dimaksud adalah yang menggunakan sensor kamera. Teknologi ini pertama kali diperkenalkan pada Piala Dunia Antarklub yang dilangsungkan di Jepang pada tahun 2012 lalu dengan Hawk-Eye milik Sony.
Namun untuk Piala Dunia 2014, FIFA memilih GoalControl yang mengusung teknologi serupa dengan nama GoalControl-4D. GoalControl telah diuji coba pada ajang Piala Konfederasi 2013 di Brasil.
Sistem GoalControl-4D menggunakan kecepatan 14 sorot kamera yang ditempatkan di sekitar lapangan dan mengarah kepada 2 gawang. GoalControl menghabiskan biaya sebesar 170 ribu Pound per pemasangan di stadion, ditambah 2.800 Pound per pengoperasian.
Teknologi ini dipilih karena lebih simpel dan tidak rentan akan kerusahan. Selain itu, hasil dari teknologi ini dapat dengan cepat kurang dari 3 detik langsung terkirim ke jam tangan yang digunakan wasit. Wasit bisa segera memberikan keputusan akhirnya.
Secara resmi FIFA menggunakan teknologi ini pada Piala Dunia 2014. Teknologi ini digunakan pada semua pertandingan, dibuka dengan pertandingan tuan rumah Brasil menghadapi Kroasia. Namun pada pertandingan itu belum terjadi gol yang kontroversial.
Keputusan Krusial Goal-Line Technology
Perancis 3-0 Honduras
Grup E, 16 Juni 2014
Berawal dari umpan matang Yohan Cabaye, Karim Benzema menembak bola ke tiang jauh Honduras. Bola lantas membentur tiang dan memantul ke arah kiper Honduras, Noel Valladares. Bukannya menghalau ke luar area berbahaya, sang kiper malah membelokkan si kulit bundar ke gawang sendiri.
Grup E, 16 Juni 2014
Berawal dari umpan matang Yohan Cabaye, Karim Benzema menembak bola ke tiang jauh Honduras. Bola lantas membentur tiang dan memantul ke arah kiper Honduras, Noel Valladares. Bukannya menghalau ke luar area berbahaya, sang kiper malah membelokkan si kulit bundar ke gawang sendiri.
Walau pada akhir pertandingan sempat terjadi protes dari kubu Honduras yang menganggap keputusan wasit dan teknologi garis gawang tidak konsisten dan membingungkan, sebenarnya rekaman dan jam tangan wasit telah memberi keputusan yang tepat.
Ada dua momen disini yang terlacak oleh GoalControl 4D. Pertama adalah tendangan Benzema ketiang jauh dan memantul kearah kiper. Dalam hal ini jam tangan wasit menunjukkan tidak gol. Setelah diliat dari tayangan ulang memang belum terjadi gol kala itu.
Momen kedua adalah ketika bola mengendai kiper dan melewati garis gawang. Nah, sekarang GoalControl 4D menyatakan itu adalah gol. Setelah dilihat tayangan ulang memang bole berbelok melewati garis gawang setelah mengenai kiper.
Jadi teknologi ini sangat konsisten dan jelas menentukan gol karena selain menyatakan gol atau tidak, Goal-line Technology GoalControl-4D besutan GoalControl ini juga bisa menayangkan detik demi detik setiap peristiwa dalam bentuk animasi. Gol ini akhir dinyatakan sah oleh wasit dan dianggap sebagai gol bunuh diri kiper Honduras.
Brasil 0-0 Meksiko
Grup B, 18 Juni 2014
Teknologi garis gawang menyatakan bola yang ditepis kiper Meksiko Guillermo Ochoa terhadap sundulan kepala Neymar tepat berada di garis gawang dan belum terjadi gol.
Evaluasi dan Kesimpulan
Sempat dituding membingungkan saat laga Perancis kontra Honduras, FIFA berjanji akan mengevaluasi teknologi ini. Namun secara keseluruhan teknologi ini sangat membantu. Terjadi kebingungan hanya karena teknologi ini masih baru dan belum semua orang tahu bagaimana cara menafsirkan hasilnya. Tapi yang terpenting teknologi ini akan memberikan hasil yang konsisten, jelas, dan transparan.
Pada awal pengenalan, penggunaan teknologi dalam sepakbola memang dikecam beberapa pihak dengan alasan akan menghilangkan sisi humanis dalam sepakbola. Namun menurut KOMBECKS penggunaan teknologi garis gawang ini tidak akan mengganggu sisi humanis itu, karena teknologi ini hanya memutuskan gol atau tidak, selebihnya keputusan lain masih ada ditangan wasit.