blog-kombecks
Sedang memuat...

Kenapa Partai Politik Tidak Bikin Liga dan Klub Sendiri Saja?

Kenapa Partai Politik Tidak Bikin Liga Sendiri Saja? Inilah pertanyaan yang muncul dibenak penulis disaat sudah 2 tahun konflik sepakbola Indonesia tidak kunjung selesai.

Saat ini politik sudah merasuki dunia sepakbola. Politik menyebabkan tidak kondusifnya sepakbola Indonesia. Tulisan Jeneman Latul di Reuters yang berjudul In Indonesia, Soccer is Kicked Around by Political Parties mungkin cukup menggambarkan kondisi sepakbola Indonesa terutama PSSI - organisasi sepakbola tertinggi di Indonesia.

Tidak hanya menyebabkan kebobrokan ditubuh PSSI, politik telah sejak lama menyebabkan beberapa klub timbul dan tenggelam setiap 5 tahun sekali. Tentu saja ini sangat berkaitan dengan agenda pilkada dan sangat tergantung dengan kepala daerah yang terpilih.

Jika sang kepala daerah yang menjadi penyandang dana tidak suka bola atau tidak lagi membutuhkan klub tersebut maka dana akan di stop dan klub akan tenggelam dengan sendirinya.

Melihat kenyataan yang ada sudah jelas ada banyak kepentingan politik di sepakbola Indonesia, mulai dari PSSI, liga, hingga klub, bahkan organisasi luar seperti asosiasi pemain profesional pun kini sudah bisa dikloning dengan membuat organisasi tandingan demi untuk kepentingan politik.

Saran yang aneh akhirnya terlintas dipikiran penulis, bagaimana kalo partai politik bikin dunia sepakbolanya sendiri. Bikin organisasi sepakbola khusus politik sendiri, bikin liga sendiri, dan bikin klub sendiri.

Anggap saja ada 48 partai, minimal 20 partai (yang lain bisa koalisi) bisa untuk membuat 20 klub sepakbola profesional. Ini sudah cukup untuk membentuk sebuah liga.

Dengan dana partai yang melimpah untuk membentuk satu klub bertabur bintang tentu bukanlah hal yang sulit. Apalagi jika dikaitkan dengan pilpres atau pilkada yang hanya berlangsung sekali 5 tahun.

Dengan dana melimpah, partai politik tentu bisa mendatangkan pemain bintang internasional untuk meramaikan liga ini agar bisa menarik perhatian masa. Pemain veteran pun tidak masalah, karena buktinya dari banyak tour pemain veteran ke Indonesia, penonton tetap membludak.

Nah, karena ini khusus ranah politik, liganya tentu hanya bergulir sekali lima tahun. Pilkada di seluruh Indonesia harus disesuaikan jadwalnya dengan pilpres agar liga bisa berlajan lancar dan ramai.

Cara seperti ini lebih efektif dan tidak mengganggu ke liga resmi. Keduanya akan berjalan sendiri-sendiri tanpa saling mengacaukan satu sama lain.

Bagaimana anda tertarik dengan ide ini, silahkan komentar?
Dari Redaksi 5969310704236340126

Beranda item