blog-kombecks
Sedang memuat...

Rindu Sosok Seperti Erizal Anwar "Sang Presiden" Semen Padang FC

Erizal Anwar.
Kusutnya dunia persepakbolaan tanah air akhirnya membuat Semen Padang FC menjadi klub maranggeh, hidup segan matipun tak mau. Begitu pepatah terkenal yang paling cocok untuk menggambarkan keadaan klub berjuluk Kabau Sirah saat ini.

Bukan karena bukit karang putih yang sudah datar, bukan juga karena pabrik semen yang sudah tak lagi berasap seperti yang dikhawatirkan Rustam Gaffur 1986 silam. Tapi lebih disebabkan sejumlah keputusan yang diambil oleh manajemen ketika situasi menjadi semakin tak menentu. Bukan untuk mencari kambing hitam, tapi manajemen adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas klub.

Liga terhenti, sebulan dua bulan klub masih bisa bersikap tenang. Sponsor masih mengucurkan dana sambil berharap kompetisi akan dilanjutkan, gaji pemain juga masih dibayarkan walaupun dengan syarat-syarat tertentu, dan pastinya pemain masih dengan senang hati latihan.

Namun lebih lama dari itu sponsor, seperti diakui manajemen, sudah enggan mengucurkan dana. Akibatnya gaji pemain mulai tertunggak tiga bulan. Sebelumnya tidak ada yang tahu. yang orang tahu adalah Semen Padang FC klub sepakbola dengan finansial yang kuat. Klub ini disokong dana miliaran per musim dari PT Semen Padang untuk mengarungi kompetisi.

Setelah liga terhenti setidaknya ada promotor yang berniat membantu klub dengan menggulirkan turnamen secara independen. Tentunya dengan harapan klub dapat bertanding dan mendapatkan uang untuk membayar gaji pemain. Piala Presiden yang dipromotori Mahaka contohnya.

Namun manajemen sekarang memilih untuk tidak berpartisipasi, padahal jika memang manajemen ingin tetap bersikap netral, Piala Presiden tentu adalah opsi yang tepat. Tidak berafiliasi dengan PSSI ataupun Kemenpora, dua pihak yang perseteruannya makin hari makin sengit.

Alasan sponsor berhenti mengucurkan dana tidak cukup masuk akal untuk diterima. Klub seperti Semen Padang FC. Sponsor utama klub adalah PT Semen Padang yang tak lain adalah pemilik klub itu sendiri. Kecuali memang sang pemilik sudah tak ingin melihat klubnya bertanding. Kinerja manajemen yang harus kita pertanyakan, seberapa besar usaha mereka agar klub ini tetap berjalan. Terlalu pasrah dengan keputusan direksi, yang juga petinggi PT Semen Padang.

Jika dibandingkan dengan manajemen sebelumnya, manajemen sekarang benar-benar meragukan. Bukan saja masalah yang sudah disebutkan diatas, sebelumnya sejumlah keputusan janggal sudah diambil ketika mereka baru saja memimpin, misalnya mendepak Jafri Sastra yang gagal di pramusim, padahal sebelumnya mampu mengantarkan Semen Padang ke delapan besar ISL. Ditambah dengan sering gagalnya manajemen melobi sejumlah pemain untuk memperkuat tim.

Tak heran, kini rasa rindu terhadap manajemen lama, terutama CEO Semen Padang FC, Erizal Anwar. Kenapa CEO? karena posisi inilah yang paling bertanggung-jawab terhadap arah klub. Mengambil keputusan-keputusan penting agar klub tidak salah langkah.

Erizal Anwar sukses membangkit euforia Semen Padang FC yang sudah lama tenggelam. Naik jabatan dari direktur operasional ke presiden direktur pada musim 2011-2012 menggantikan Toto Sudibyo, Erizal Anwar sukses membuat Semen Padang menjadi tim kuat.

Sejak berakhirnya era Galatama, Semen Padang menjadi tim medioker selama bertahun-tahun. Dipandang sebelah mata oleh klub-klub lain. Erizal Anwar sukses Mambangkik Batang Tarandam. Semen Padang langsung melejit dengan mengakhiri liga diperingkat empat pada musim pertama mereka di ISL. Hal yang membungkam mulut banyak pihak.

Langkah penting langsung diambil Erizal Anwar ketika memutuskan Semen Padang hanya akan main di liga resmi, dibawah PSSI dan diakui oleh AFC serta FIFA. Keputusan yang jika salah ambil, bisa saja membuat gelar juara (jika juara) menjadi sia-sia.

Semen Padang begitu percaya diri dan tidak takut ancaman dari luar yang menginginkan Semen Padang tetap dalam kendali mereka. Semen Padang memutuskan bermain di Liga Primer Indonesia disaat klub-klub lain menunjukan "loyalitasnya" terhadap tuan lama mereka. Terbukti keputusan ini adalah keputusan yang tepat karena akhirnya Semen Padang bisa kembali bermain di level Asia, AFC Cup.

Dibawah kendali Erizal Anwar, Semen Padang mencapai masa keemasan dengan melaju hingga babak perempat final AFC CUP. Babak yang kini masih terlalu sulit untuk diraih tim Indonesia, kecuali Persipura yang sudah merasakan semifinal dan Arema IPL yang juga pernah lolos perempat final. Baru tiga klub inilah di Indonesia dalam era sepakbola modern yang mencicipi perempat final level Asia, walau hanya kasta kedua.

Erizal Anwar akhirnya memutuskan mundur pada November 2014. Awalnya memang tidak berdampak apa-apa. Namun setelah semusim, baru terasa ada sesuatu yang spesial dalam diri Erizal Anwar, yang tentunya tidak dimiliki oleh "Sang Presiden" yang sekarang.
Semen Padang FC 2940251182236397792

Beranda item